10/10/11

Selumer Keju

Aku menikahimu sebagai sanksi

atas mimpi seintim madu

cinta sekeras batu, dan

gelisah sedekat waktu



Mawar tetap mekar

namun, tembikar telah pecah

mungkin alam mengutuk,

semesta menyumpah

langit dan bumi

sebentuk penjara yang fana:



”cinta tak pernah peduli,

sebab sanksi memang duri!”



Sayang,

aku mencintaimu sekeras batu

menjawab gelisah itu

selumer keju.

Aku terus mendamba

menguburnya ke dasar baka

mencekiknya dulu

membakarnya lalu, hingga abu

dan kayu

mencaci api yang semena-merdu

berkomplot dengan waktu



Ingat,

aku meminangmu di antara bata

kerikil dan gragal di lintasan kata, lantas

kalimatmu bertamasya

menjadikan semen dan kawat

tersusun nyata, terpatri

dalam imajinasi dan tawa

menggelak di reruntuhan tembok baja

menjadikannya elastis

plastis, membiarkan cinta

menggelantung secara magis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar