05/10/11

Anomali

:mai

Dirimu selalu hijau, sehijau kolam yang kau sematkan
padaku. Kolam yang membuatku menyimpanmu dalam
salah satu mataku.

Setiap malam aku menjengukmu di situ. Menyusun lagi
seluruh minggu yang jatuh di punggungmu: panggung-panggung
yang kerap menyandungku.

Tufahmu merekah. Kolamku meruah.
Dan terusunglah ular girang dalam taman dengan buah
larangan itu.

Ah, kau memang jalan yang menurutkan perempuan
di atas cawan-cawan. Aku menghelamu seperti saman
di miring bulan.

Tapi malam ini, seperti meretas benang layang,
kaulah yang menjengukku dan berkata:
”Aku ingin matamu yang satu lagi!”

Ilham P.S.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar